11
Sya’ban kita bertemu. 11 Sya’ban pula aku mengenal namamu, entahlah mungkin kau
tidak langsung mengenal namaku. 11
Sya’ban aku merasakan zink di mata ini. Dari
sekian banyak orang diruangan itu, entah mengapa hanya dirimu yang jadi pusat
perhatianku.
Apakah
pakaianmu terlalu eye-catching sehingga
mataku selalu tertuju padamu?
Atau
mungkin tingkahmu yang terlalu mengundang perhatian?
Tapi
aku rasa tidak, karena kita semua mengenakan pakaian yang sama dan kamu pun
tidak banyak bicara.
Hari-hari
selanjutnya kau tetap menjadi pusat gravitasi untukku. Kadang aku sengaja untuk
curi pandang kepadamu, aku juga tidak tahu apa yang kucari ketika melirikmu. Hanya
senyum kecil yang keluar dari bibirku ketika aku melihatmu.
Aku
mencoba untuk bertegur sapa denganmu dan kau membalas sapaanku dengan ceria.
Kadang kita juga berbincang-bincang ringan di meja makan jika kita sedang duduk
1 meja.
Semua
terasa begitu berwarna untukku.
Aku
tidak tahu apa maksud Tuhan mempertemukanku denganmu. Mungkin
Tuhan ingin bercanda denganku atau mungkin Tuhan hanya ingin menggodaku dengan
mempertemukanku dengan bidadari cantik Nya.
Sungguh
aku tak habis pikir kenapa semua ini terjadi di waktu yang tidak tepat.
Saat
itu bahkan sampai saat ini aku tak tahu apa statusmu. Aku
juga tidak perduli apa yang kau rasakan tentangku.
Aku
hanya perduli di saat-saat terakhir aku bersamamu, ada sesuatu lebih yang ingin
kuberikan untukmu. Sesuatu yang tidak bermakna memang, hanya hidangan makan
malam sederhana bersama teman-temanmu.
Aku
pun tak tahu apakah kau menyukai hidangan itu tapi bagiku malam itu denganmu
sungguh menyenangkan.
Aaaaaahh,
sepertinya memang banyak yang tak aku ketahui
tentang dirimu.
Hingga
tiba akhirnya malam itu, palang peron menjadi pemisah antara kita.
Kau
melangkah menjauh seraya berucap selamat tinggal untukku. Hanya senyum ringan
dan lambaian tangan halus yang kubalas untuk ucapan perpisahan yang kau
berikan.
Malam
ini kau akan melakukan perjalanan ke surgamu yang telah lama kau tinggalkan.
Sampai
pada akhirnya malam menyelimuti kita semua dalam keheningannya. Kita pun
terlelap dalam angan mimpi.
Ketika
sang fajar mulai menyingsing dan kita membuka mata, Tuhan telah me restart hidup kita.
Kehidupanku
dan kehidupanmu kembali seperti sebelum ada kata kita untuk kita.
Gue tersanjung banget ndri, akhirnya lu nulis cerita tentang gue..
BalasHapusHahaha ya lumayanlah buat mengurangi kesedihan lw ra, kisah lw emang tragis :'(
Hapus